Nama : Muhammad Rizki
NIM : J1C111008
PROSES PRODUKSI DAN
PENGURAIAN
1. PRODUKSI
Respirasi pada tanaman menyediakan
energi untuk memperoleh nutrisi dan untuk memproduksi biomassa. Semua tanaman
serupa mengubah gula menjadi biomassa. Oleh karena itu, respirasi tanaman
sebagian besar menunjukan perbedaan dalam jumlah dan kandungan nitrogen dari
biomassa yang diproduksi. Ekosistem yang paling sering muncul untuk menunjukkan
efisiensi yang sama mengkonversi fotosintat (GPP) ke NPP, sekitar setengah dari
kandungan karbon menjadi NPP, dan setengah lainnya dikembalikan ke atmosfer
sebagai respirasi tanaman.
Produksi primer
bersih adalah karbon bersih yang diperoleh oleh vegetasi. Ini termasuk biomassa
tanaman baru yang diproduksi. suhu dan curah hujan menentukan ketersediaan
sumber daya tanah yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Tanaman
aktif merasakan ketersediaan sumber daya dan menyesuaikan fotosintesis serta
NPP untuk mencocokkan pasokan sumber daya. Untuk alasan ini, NPP paling banyak
terjadi di lingkungan dengan ketersediaan tinggi dari sumber daya di bawah
tanah
Gambar 1. Mekanisme Energi
Biomassa mengandung energi tersimpan dalam jumlah cukup banyak, pada
saat kita makan, tubuh kita mampu mengubah energi yang tersimpan di dalam
makanan menjadi energi. Biomassa adalah bahan organik yang terbuat dari
tumbuhan dan hewan. Biomassa mengandung energi tersimpan yang berasal
dari matahari. Tanaman menyerap energi matahari dalam proses yang disebut
fotosintesis. Energi kimia dalam tumbuhan akan diteruskan ke hewan dan
orang-orang yang memakannya.
Gambar 2. Proses
Fotosintesis
Sebagian besar energi yang berada di bumi ini berasal dari
matahari. Matahari membantu proses fotosintesis pada tumbuhan. Tumbuhan
menyerap CO2 dari udara dan mengambil air (H2O)
serta zat-zat hara (N, P, K, Al, Si,dll) dari dalam tanah. Dengan bantuan sinar
matahari, zat-zat tersebut dirubah menjadi zat pati (mengandung ikatan C
dan H) dan oksigen (O2). Oksigen
dari tumbuhan dimanfaatkan untuk bernafas. Hasil buangan dari pernafasan
adalah CO2 dan H2O. Nah CO2 ini
akan diserap kembali oleh tanaman untuk proses fotosintesis berikutnya.
Zat pati yang dihasilkan digunakan untuk pertumbuhan bagi tanaman tersebut.
Semakin lama, tanaman tumbuh semakin besar dan akhirnya dapat menghasilkan
buah. Misalkan tanaman rumput, awalnya tanaman rumput berupa rumput
kecil. Semakin lama tanaman rumput tumbuh semakin besar. Rumput yang besar itu
dimakan oleh sapi. Dalam pencernaan sapi, rumput yang tadi dimakan itu
direaksikan untuk diambil enrginya, dan sisanya dibuang sebagai tletong(kotoran
sapi). Hasil buangan kotoran sapi dapat dijadikan pupuk untuk menumbuhkan
tanaman rumput kembali.
Bagian tanaman yang tidak bisa dimakan dapat digunakan untuk bahan
bakar. Kayu dapat dugunakan untuk pembakaran. Sebagian dari kita masih
menggunakan kayu untuk memasak. Setelah habis terbakar, kayu tersebut berubah
menjadi abu. Abu hasil pembakaran mengandung zat hara. Zat hara tersebut nanti
akan diserap kembali oleh tumbuhan dan direaksikan di klorofil dengan bantuan
cahaya matahari dan menghasilkan tumbuhan berkayu. Kayu tersebut nantinya dapat
kita bakar lagi dan menjadi abu lagi. Begitulah seterusnya. Dari dua
contoh tersebut, dapat kita lihat bahwa CO2, H2O,
dan zat hara lain ini hanya sebagai perantara agar energi dari matahari
dapat kita gunakan.
2. PENGURAIAN
Dekomposisi adalah konversi bahan
organik mati ke nutrisi CO2 dan anorganik melalui fragmentasi, dan kimia. Melepaskan
bahan larut dari pengurai bahan organik. Fragmentasi oleh hewan tanah
mengkonversi bahan organik menjadi lebih kecil yang menyediakan sumber makanan
bagi hewan tanah dan membuat permukaan segar untuk kolonisasi mikroba.
Fragmentasi juga mencampur bahan organik membusuk ke dalam tanah. Hal ini
terutama akibat dari aktivitas bakteri dan jamur, meskipun beberapa reaksi
kimia terjadi secara spontan di tanah tanpa mediasi mikroba.
Dekomposer adalah komponen biotik yang berfungsi mengurangi
bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun hasil
pembuangan sisa pencernaan. Pada suatu ketika semua kehidupan akan mati. Bagian
tumbuhan seperti daun, buah, dan ranting akan jatuh berguguran menjadi sampah.
Hewan dan manusia akan mati menjadi bangkai. Kotoran sisa pencernaan juga akan
menumpun mengotori lingkungan. Apabila tidak ada organisme pengurai, mungkin
kit tidak akan mendapatkan lingkungan yang sehat untuk hidup. Seluruh permukaan
bumi penuh sampah dan bangkai. Namun, berkat jasa pengurai, sebagaian besar
sampah, kotoran, dan bangkai telah lumat menjadi hara tanah. Dengan adanya
organisme peengurai, hara tanah yang terus-menerus diisap oleh tanah akan
diganti kembali, yaitu berasal dari hasil penguraian organisme pengurai.
Penguraian bahan organik tersebut melalui beberapa tahapan.
Pertama, hewan-hewan kecil pemakan sampah atau detritivor
menceraiberaikan sampah sisa organisme. Melalui kegiatan itu akan dihasilkan
sampah-sampah yang ukurannya lebih halus. Kedua, setelah sampah halus lembap
bercampu air, bakteri dan jamur akan mengurai sampah halus tersebut melalui
proses fermentasi. Hasilnya adalah sisa-sisa organisme tersebut akan terurai
kembali menjadi unsur-unsur penyusunnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa
peranan komponen pengurai atau dekomposer adalah mengambalikan hara ke dalam
tanah.
Secara alami bahan-bahan organik akan
mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah
lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama
dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan
teknologi - teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana,
sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan
didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami
Proses pengomposan akan
segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan
secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang
mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu
tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan
peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam
kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2,
uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan
berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos
tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan
akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat
mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Gambar 3. Skema
Proses Pengomposan Aerobik
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen)
atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah
proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi
bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen
yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena
selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses
anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti:
asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine),
amonia, dan H2S
Gambar 4. profil
suhu dan populasi mikroba selama proses pengomposan
Tabel 1. organisme yang
terlibat dalam proses pengomposan
Kelompok
Organisme
|
Organisme
|
Jumlah/gr
kompos
|
Mikroflora
|
Bakteri; Aktinomicetes;
Kapang
|
109 - 109; 105 108; 104 - 106
|
Mikrofanuna
|
Protozoa
|
104 - 105
|
Makroflora
|
Jamur tingkat tinggi
|
|
Makrofauna
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar